Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Pengangguran
Pendahuluan
Salah satu titik awal kelahiran ilmu ekonomi makro adalah adanya
permasalahan ekonomi jangka pendek yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi
klasik. Masalah jangka pendek ekonomi tersebut yaitu inflasi, pengangguran dan
neraca pemba-yaran. Munculnya ekonomi makro dimulai dengan terjadinya depresi
ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1929. Depresi merupakan suatu malapetaka
yang terjadi dalam ekonomi di mana kegiatan produksi terhenti akibat adanya
inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi pengangguran yang tinggi
pula.
BAB 2
ISI
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto
riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh
atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi
bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Strategi pertumbuhan ekonomi
Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya.
Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.
Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor.
Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
Pertumbuhan Ekonomi 2011 Direvisi Jadi 6,4%
Revisi ini naik 0,1 persen dibanding usulan semula yang hanya 6,3 persen.
Pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011. Dalam diskusi dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan target pertumbuhan ekonomi menjadi 6,4 persen. Revisi ini naik 0,1 persen dibanding usulan semula yang hanya 6,3 persen.
Tim Ekonomi dari Bank Dunia diwakili oleh Dr. Enrique Blanco Armas yang menyampaikan paparan berjudul ‘Indonesia 212, Economic Prospects and Strategic Issues’. Pokok bahasannya adalah bahwa Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama dua tahun kedepan, yaitu dari 6.1 persen pada tahun 2010 menjadi 6.4 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 6.7 persen pada tahun 2012.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun kedepan ini, menurut Tim Ekonomi Bank Dunia ini, ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan peningkatan ekspor yang sejalan dengan akan semakin pulihnya ekonomi negara-negara maju tujuan ekspor Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat selama dua tahun kedepan ini juga dicirikan oleh semakin mengecilnya surplus transaksi berjalan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya impor barang modal yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan industri manufaktur. Namun, gejala peningkatan harga-harga komoditi di pasar dunia mempunyai dampak ganda, yaitu disatu pihak meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dilain pihak meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri.
Untuk periode setelah 2012, khususnya menjelang akhir tahun 2014, Tim Ekonomi ini mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen diperlukan upaya khusus untuk lebih meningkatkan investasi atau meningkatkan produktivitas (TFP/Total Factor Productivity).
Dalam memperkirakan perkembangan ekonomi Indonesia ini, Tim Ekonomi Bank Dunia juga telah mengidentifikasi beberapa tantangan yang harus diatasi, antara lain:
1. tingkat investasi Indonesia terhadap PDB sebesar 30 persen yang walaupun telah setara dengan berbagai negara lain, seperti China, India, dan Korea Selatan, namun daya investasi ini terhadap pertumbuhan ekonomi belum optimal.
2. Dibandingkan dengan berbagai negara ASEAN, kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastrukturnya masih tertinggal.
3. Iklim usaha Indonesia masih harus lebih ditingkatkan karena ranking Indonesia di ‘Global Rank In Doing Business, masih berada pada posisi ke-121, yang walaupun lebih baik dari Filipina dan Kambodia yang masing-masing berada pada posisi 148 dan 147, masih berada di bawah Singapura yang berada pada posisi ke-1, Thailand ke-19, dan Malaysia ke-21.
Untuk lebih meningkatkan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan, Tim Ekonomi Bank Dunia menyarankan antara lain beberapa langkah sebagai berikut:
• pertama, merefomasi peraturan yang memberi keluwesan lebih besar bagi pengusaha dalam penempatan dan penghentian tenaga kerja.
• kedua, penyempurnaan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
• ketiga, menyempurnakan kebijaksanaan subsidi BBM, yang saat ini masih sangat regresif.
• keempat, menciptakan fiscal space dan meningkatkan efisiensi penggunaannya.
2. Inflasi
Inflasi
(inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum
yang berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila
terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga
yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua
negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena
itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah
satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah eko-nomi yang dihadapi
suatu negara. Bagi negara yang perekono-miannya baik, tingkat inflasi
yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat
inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat
inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7
sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada
negara yang meng-hadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat
tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650
persen. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi
(hyper inflation).
Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis
inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) dan
2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi karena
pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull
inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation)
adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang
sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena
jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka
terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat
perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan
eko-nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity).
Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan
sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal
sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus.
Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi
dari sisi penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi
sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan
dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply
barang dan jasa. Pening-katan biaya produksi akan mendorong perusahaan
menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan
menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi.
Sedangkan inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena
naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi
kenaikan harga umum di dalam negeri.
3. Pengangguran
Pengangguran
adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak
sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan
smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena
sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pada saat terjadinya
depresi ekonomi Amerika Serikat tahun 1929, terjadi inflasi yang tinggi dan
diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. Didasarkan pada fakta itulah A.W.
Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan
tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan
rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia
adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal
tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan
setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang
lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan
pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam
jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap
perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu
pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pada tahun 1980-an, pengangguran terbuka di Indonesia meningkat
hampir dua kali lipat yaitu dari 1,7 persen pada tahun 1980 menjadi 3,2 persen
pada tahun 1990. Pertumbuhan pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di
pedesaan, yaitu meningkat dari 2,8 persen pada tahun 1980 menjadi 6,1 persen
pada tahun 1990. Sebaliknya tingkat pengangguran di pedesaan menurun secara
drastis yaitu dari 1,4 persen menjadi 0,1 persen.
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran selama periode 1980 –
1990 pada semua tingkat pendidikan memper-lihatkan kecenderungan yang
meningkat. Seterusnya, tingkat angkatan kerja berpendidikan di bawah Sekolah
Dasar yang menganggur paling rendah sedangkan yang berpendidikan tinggi adalah
yang paling tinggi, yaitu meningkat dari 1,8 persen pada 1980 menjadi 15,9
persen pada 1990.
Selanjutnya, tingkat pengangguran di kota Indonesia
selama periode 1971-1980 relatifnya rendah dan memperlihatkan kecenderungan
yang menurun. Menurut Manning (1984: 1-28), kadar pengangguran rendah ini
disebabkan karena: (a) besarnya kemampuan sektor informal menyerap, bahkan
menarik sejum-lah besar penganggur, (b) tingkat investasi pemerintah yang
tinggi dalam projek pembangunan dan prasarana sosial (sekolah, klinik kesehatan
dan lain-lain), dan (c) pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan adanya
peluang pekerjaan baru di luar bidang usaha tani di pedesaan.
BAB 3
Penutup
Kesimpulan : Pertumbuhan Ekonomi didunia saat ini sangat meningkat tajam dikarenakan masyrakat dunia haus akan pertumbuhan diberbagai sektor ekonomi sehingga semakin besar pula kebutuhan akan sumber daya alam dibandingkan dengan ketersediaan sumber daya alam. untuk saat ini lapangan pekerjaan yang ada itu sedikit jadi jangan salah kalau banyak pengangguran yang terdapat disetiap negara.
Saran : Sebaiknya pertumbuhan ekonomi itu berkembang dengan kebutuhan yang masyarakat butuhkan sehingga tidak terjadi pelonjakan kebutuhan akan sumber daya tersebut dan harus menyeimbangkan inflasi negara. Dan juga seharusnya pemerintah menyiapkan lapangan pekerjaan yang memadai agar tidak terdapat banyak pengangguran didunia ini.
BAB 4
Referensi
http://amriamir.files.wordpress.com/2008/09/inflasi-dan-pengangguran-di-indonesia-1.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar